AKU AKAN BERJALAN WALAU SERIBU ARAL 'KAN MERINTANG

Senin, 20 Februari 2012

AHLUL BAIT NABI

A. DEFINISI

Ahlul bait Nabi adalah mereka yang haram menerima zakat dan shodaqoh yaitu keturunan Rasulullah , para istri beliau, dan semua muslim serta muslimah dari keturunan ‘Abdul Muththalib yakni mereka semua dari Bani Hasyim.
Oleh karena itu dari pengertian diatas, Ahlul bait mencakup
1. Istri-istri nabi saw.
2. Anak-anak nabi saw dan keturunannya.
3. Keluarga Ali bin Abi Thalib.
4. Keluarga Ja’far bin Abi Thalib.
5. Keluarga ‘Aqil bin Abi Thalib.
6. Keluarga‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib.

Al-‘Allamah Ibnu Qayyim al-jauziyah berkata dalam kitabnya, Jala’ al-Afham:
وهذا القول في الآل أعني أنهم الذين تحرم عليهم الصدقة هو منصوص الشافعي وأحمد والأكثرين وهو اختيار جمهور أصحاب أحمد والشافعي
“Dan pendapat tentang Ahlul Bait ini, yakni bahwa mereka adalah yang haram menerima shodaqoh, itulah yang dinyatakan oleh asy-Syafi’i, Ahmad dan mayoritas ulama’. Dan ia adalah pendapat yang dipilih oleh jumhur murid-murid Ahmad dan asy-Syafi’i.”

B. KEDUDUKAN AHLUL BAIT DALAM ISLAM

a. Rasulullah mewasiatkan kepada umatnya untuk memuliakan ahlul Bait-nya

Ahlul bait Nabi memiliki kedudukan tersendiri dalam Islam dan memiliki hak-hak yang lebih daripada kaum muslimin umumnya. Ini semua dikarenakan kekerabatan mereka dengan Rasulullah . Memuliakan mereka termasuk memuliakan Rasulullah , sedangkan menyakiti mereka termasuk menyakiti Rasulullah . Karena pentingnya hal ini maka Nabi tidak lupa berwasiat kepada umatnya agar menjaga Ahlul bait-nya.

Rosululloh saw bersabda “…Dan Ahlul bait-ku. Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul bait-ku, Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul bait-ku, Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul bait-ku….” (HR. Muslim)
b. Wajib Bagi Umatnya Mencintai Dan Memuliakan Mereka
Rosululloh saw bersabda, “Demi Allah Yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah keimanan masuk dalam hati seseorang hingga ia mencintai kalian karena Allah dan Rasul-Nya.” Kemudian beliau juga bersabda, “Wahai sekalian manusia, barangsiapa menyakiti pamanku maka ia telah menyakitiku, karena sesungguhnya paman seseorang itu seperti ayahnya sendiri.” (HR. Tirmidzi dan ia berkata, Hadits hasan shahih)
Hadits tersebut menegaskan bahwa tidaklah beriman seseorang dengan keimanan yang sempurna hingga ia mencintai keluarga Nabi karena dua hal:
Pertama: Mendekatkan diri kepada Allah dengan mencintai mereka dikarenakan mereka adalah para kekasih Allah.
Kedua: Karena mereka adalah kerabat Rasulullah , sehingga dengan mencintai mereka akan mem-buat ridha Rasulullah dan memuliakan beliau.

c. Ahlul bait memiliki Kemuliaan Dalam nasab mereka

Tentang kemuliaan nasab Bani Hasyim, telah diriwayatkan sebuah hadits yang shahih. Dari Watsilah bin al-Asqa’ ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda:
« إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِى هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِى مِنْ بَنِى هَاشِمٍ ».

“Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari anak keturunan Isma’il dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah serta memilih Bani Hasyim dari Quraisy lalu memilihku dari Bani Hasyim.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, tidak ada nasab yang lebih mulia selain dari nasab Ahlul bait. Karena, mayoritas mereka adalah dari Bani Hasyim. Sedangkan Allah telah memilih Bani Hasyim dari sekalian suku.
Di antara keistemewaan yang Allah berikan kepada Ahlul bait Nabi adalah bahwa pertalian nasab mereka dengan Nabi tidak akan terputus pada hari kiamat, di saat mana semua nasab akan terputus ketika itu. Dalam sebuah haditsnya Rasulullah bersabda:
وَإِنَّ الأَنْسَابَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَنْقَطِعُ غَيْرَ نَسَبِي وَسَبَبِي وَصِهْرِي
“Dan sesungguhnya nasab itu pada hari kiamat akan terputus kecuali nasabku dan pertalian nikah serta perbesanan denganku.” (HR. Ahmad)
d. Shodaqoh Tidak Diperkenankan Untuk Mereka Dikarenakan Keluhuran Maqom Mereka

Allah telah mengkhususkan Ahlul bait dengan beberapa hukum syar’i seperti diharam-kannya zakat dan shodaqoh untuk mereka sebagai penghormatan bagi mereka. Kemudian sebagai gantinya, Allah mewajibkan disalurkannya sebagian ghanimah yang didapat dari jihad untuk mereka.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ الْحَسَنَ بْنَ عَلِىٍّ أَخَذَ تَمْرَةً مِنْ تَمْرِ الصَّدَقَةِ ، فَجَعَلَهَا فِى فِيهِ ، فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْفَارِسِيَّةِ « كَخٍ كَخٍ ، أَمَا تَعْرِفُ أَنَّا لاَ نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ »
Dari Abu Hurairah bahwasanya Hasan bin Ali mengambil sebuah kurma dari kurma shodaqoh lalu meletakkannya di mulutnya. Maka Nabi bersabda dengan ungkapan berbahasa Persia, “Kakh… kakh…, apakah engkau tidak tahu bahwa kita tidak memakan shodaqoh?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kata ‘kakh… kakh…” dalam hadits tersebut –seperti dijelaskan oleh sebagian ulama- adalah suatu ungkapan yang maksudnya untuk mencegah anak kecil dari memakan sesuatu dan agar ia mengeluarkannya kembali dari mulutnya. Ini adalah dalil yang jelas tentang haramnya shodaqoh dan zakat atas Nabi dan para Kerabatnya.

e. Haramnya Menikahi Istri-Istri Rasulullah

Di antara kekhususan yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap Ahlul bait Rasul-Nya adalah bahwa istri-istri beliau haram dinikahi oleh seorang pun di antara umatnya.
Allah berfirman:
"Tidak boleh kalian menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.” (QS. al-Ahzab: 53)
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini:
وَلِهَذَا أَجْمَعَ العُلَمَاءُ قاَطِبَةً عَلَى أَنَّ مَنْ تُوُفِّيَ عَنْهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَزْوَاجِهِ أَنَّهُ يَحْرُمُ عَلىَ غَيْرِهِ تَزْوِيْجُهَا مِنْ بَعْدِهِ؛ لأَنَّهُنَّ أَزْوَاجُهُ فِي الدُّنْياَ وَالآخِرَةِ وَأُمَّهاَتُ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Oleh karena itu, seluruh ulama telah bersepakat-bulat (ijma’) bahwa para istri Rasulullah yang ditinggal wafat oleh beliau haram untuk dinikahi oleh siapapun sepeninggal beliau. Karena, mereka itu adalah para istri beliau di dunia dan di akhirat serta para ibunda orang-orang yang beriman.”
Hikmah dari diharamkannya menikahi isri-istri Rasulullah adalah karena seorang wanita muslimah kelak di surga akan bersama suaminya yang terakhir.

Isteri- isteri Rasulullah saw :

1. Khadijah binti Khuwailid r.a.
2. Saudah binti Zum'ah r.a.
3. Aisyah binti Abu Bakar r.a.
4. Hafsah binti Umar Al-Khattab r.a.
5. Zainab bin Jahsyin r.a.
6. Zainab binti Khuzaimah r.a.
7. Ummu Salamah (Hindon binti Abi Umaiyah) r.a.
8. Ummu Habibah (Ramlah binti Abi Sufyan) r.a.
9. Juwairiyah binti Al-Harith r.a.
10. Maimunah binti Al-Harits-
11. Safiah binti Huyai bin Ahtab r.a.
12. Mariyah Al-Qibtiyah

C. KEWAJIBAN UMAT TERHADAP AHLUL BAIT

a. Mencintai ahlul bait semuanya dan tidak membeda-bedakan atau membatasi tanpa alasan yang benar. Sebagaimana orang-orang syiah membatasi ahlul bait sebatas keluarga Ali bin Abi Thalib saja.
b. Menjunjung tinggi ahlul bait dan tidak mengkafirkan atau mencelanya.
c. Menjaga lisan dari menuduhnya berbuat keji. Sebagaimana orang munafik yang menuduh Aisyah telah berzina. Atau sebagaimana yang yang dikatakan orang syiah bahwa Aisyah adalah seorang yang kafir. Naudzubillhi min dzalik.
d. Menjauhi bersikap ghuluw terhadap ahlul bait. Seperti menganggap mereka ma’sum atau bahkan menuhankannnya.
e. Membelanya dari orang-orang yang benci ketika merendahkan, melecehkan atau bahkan mengkafirkannya.

D. HUBUNGAN ANTARA SAHABAT NABI DENGAN AHLUL BAIT

Hubungan antara para sahabat dan Ahlul bait Nabi tetap berjalan harmonis setelah wafatnya Rasulullah dan kekhilafahan dipegang oleh Abu Bakar ash-Shiddiq. Sebuah fakta historis menyatakan bahwa bahwa Ali senantiasa shalat berjama’ah di belakang Abu Bakar setelah wafatnya Nabi dan pada suatu hari selepas shalat Asar mereka berdua berjalan bersama lalu melewati Hasan bin Ali yang ketika itu sedang bermain bersama rekan-rekan kecilnya, maka Abu Bakar mengangkat Hasan dan menggendongnya.
Bukhari meriwayatkan dari Uqbah bin Harits yang berkata:
صَلَّى أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الْعَصْرَ ، ثُمَّ خَرَجَ يَمْشِى فَرَأَى الْحَسَنَ يَلْعَبُ مَعَ الصِّبْيَانِ ، فَحَمَلَهُ عَلَى عَاتِقِهِ وَقَالَ بِأَبِى شَبِيهٌ بِالنَّبِىِّ لاَ شَبِيهٌ بِعَلِىٍّ، وَعَلِىٌّ يَضْحَكُ

“Abu Bakar shalat Asar kemudian keluar berjalan lalu melihat Hasan yang sedang bermain-main bersama anak-anak kecil, maka ia mengangkatnya ke pundaknya seraya berkata, ‘Ayahku menjadi tebusannya, ia mirip Nabi, bukan mirip Ali,” sementara Ali tertawa.” (HR. Bukhari)
Dalam Musnad Imam Ahmad, dijelaskan bahwa peristiwa itu terjadi beberapa malam setelah wafatnya Rasulullah . Uqbah bin Harits berkata:
خَرَجْتُ مَعَ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ بَعْدَ وَفَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلَيَالٍ وَعَلِيٌّ عَلَيْهِ السَّلَام يَمْشِي إِلَى جَنْبِهِ فَمَرَّ بِحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ يَلْعَبُ مَعَ غِلْمَانٍ فَاحْتَمَلَهُ عَلَى رَقَبَتِهِ وَهُوَ يَقُولُ وَا بِأَبِي شَبَهُ النَّبِيِّ لَيْسَ شَبِيهًا بِعَلِيِّ قَالَ وَعَلِيٌّ يَضْحَكُ
“Aku keluar bersama Abu Bakar selepas shalat Asar beberapa malam setelah wafatnya Nabi , sementara Ali alaihis salam berjalan di sampingnya. Lalu Abu Bakar lewat di samping Hasan bin Ali yang sedang bermain dengan teman-teman kecilnya, maka Abu Bakar mengangkatnya di atas lehernya seraya berkata, ‘Ayahku menjadi tebusannya, ia mirip Nabi, bukan mirip Ali,’ sementara Ali tertawa.” (HR. Ahmad)
Fakta ini menunjukkan bahwa Ali bin Abi Thalib tidaklah memisahkan diri dari jama’ah para sahabat, bahkan ia senantiasa shalat berjama’ah bersama mereka dan tetap bersahabat dengan Abu Bakar ash-Shiddiq .

DZIKIR PAGI DAN PETANG

WAKTU MEMBACA DZIKIR PAGI DAN PETANG

Berkata Imam Ibnu al Qoyyim al Jauziyyah rhm, “Bahwasanya waktu membaca wirid pagi dan petang yaitu di awal pagi dan menjelang petang hari, kedua hal itulah yang dinamakan dua sisi malam dan siang.”
Adapun awal pagi adalah waktu dari terbitnya fajar sampai munculnya matahari (waktu dhuha) dan adapun akhir hari yaitu waktu setelah sholat asar sampai terbenamnya matahari.

BACAAN DZIKIR PAGI DAN PETANG

Di bawah ini adalah kumpulan dzikir pagi dan petang berdasarkan dalil-dalil yang shohih dari Nabi .
1. Membaca ayat Kursi (QS. al-Baqarah [2]: 255). (Barangsiapa yang membacanya di pagi hari, maka akan dipelihara dari dari godaan jin hingga sore hari. Dan yang membacanya di sore hari, maka ia akan dipelihara dari gangguan jin hingga pagi hari. ) (HR. an-Nasa’i, al-Hakim dan ath-Thabrani)
2. Membaca surat al-Ikhlash, al-Falaq dan an-Nas, masing-masing sebanyak 3 X. Siapa yang membacanya di pagi dan sore hari, maka itu sudah mencukupinya dari segala sesuatu. (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
3. Dan membaca do’a-do’a berikut:
(( أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ ))
“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Alloh, segala puji bagi Alloh. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Alloh Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Maha kuasa atas segala sesuatu. Wahai Robbku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di pagi hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan pagi hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Robbku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Robbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di Neraka dan kubur.” (HR. Muslim)

Sebagai ganti dua doa yang bergaris bawah, pada sore hari membaca:
(( أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ ))
“Kami berada di sore hari ini, segala kerajaan tetaplah milik Alloh.”
4. Kemudian membaca.
(( رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا ))
“Wahai Robbku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di petang hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan petang hari ini dan kejahatan sesudahnya.”

5. Kemudian membaca.
(( اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ ))
“Ya Alloh, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu pula kami memasuki waktu sore. Dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami hidup dan dengan kehendak-Mu kami mati. Dan hanya kepada-Mu kebangkitan ( semua makhluk).” (HR. at-Tirmidzi)

Bila sore hari membaca:
(( اَللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ ))

“Ya Alloh, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu pula kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami hidup dan dengan kehendak-Mu kami mati. Dan hanya kepada-Mu akan kembali (semua makhluk).”

6. Kemudian membaca.

(( اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ ))

“Ya Alloh, Engkau adalah Robbku, tidak ada ila yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkau-lah yang menciptakan aku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”

Siapa yang membacanya dengan yakin ketika sore hari, lalu ia meninggal dunia pada malam itu, maka ia masuk Surga.Dan demikian juga ketika dibaca pagi hari.
Doa ini sering pula disebut sebagai sayyid al-istighfār, yaitu penghulu doa yang diperuntukan untuk memohon ampunan. (HR. al-Bukhari)

7. Kemudian membaca.
((اللهم إني أصبحت أشهدك وأشهد حملة عرشك وملائكتك وجميع خلقك أنك أنت الله لا إله إلا أنت وحدك لا شريك لك وأن محمدا عبدك ورسولك))
“Ya Alloh, sesungguhnya aku di waktu pagi ini mempersaksikan Engkau, Malaikat yang memikul ‘Arys-Mu, Malaikat-Malaikat dan seluruh makhluk-Mu, bahwa sesungguhnya engkau adalah Alloh. Tidak ada Ilah yang berhak di ibadahi dengan benar selain Engkau semata, tidak ada sekutu bagi-Mu dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.” (dibaca 4x)(HR. abu Dawud dan an Nasa’i)
Bila sore membaca.
((اللهم إني أمسيت...))
“Ya Alloh, sesungguhnya aku di waktu pagi ini…”

8. Kemudian membaca.
((اللهم ما أصبح بي من نعمة أو بأحد من خلقك فمنك وحدك لا شريك لك فلك الحمد ولك الشكر))
“Ya Alloh, nikmat yang kuterima atau diterima oleh seseorang di antara makhluk-Mu di pagi ini adalah dari-Mu semata, tidak ada sekutu bagi-Mu. Bagi-Mu segala puji dan kepada-Mu panjatan syukur(dari seluruh makhluk-Mu)(HR.Abu Dawud dan Nasa’i)
Bila sore membaca.
((اللهم ما أصبح بي من نعمة أو بأحد من خلقك...))
“Ya Alloh, nikmat yang kuterima atau diterima oleh seseorang di antara makhluk-Mu di pagi ini…”

9. Kemudian membaca
اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِ يْ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Alloh berilah kesehatan pada badanku,Ya Alloh berilah kesehatan pada pendengaranku, Ya Alloh berilah kesehatan pada penglihatanku. Tiada Ilah(sesembahan) yang hak kecuali Engkau. Ya Alloh, Aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur. Tiada Ilah(sesembahan) yang hak kecuali Engkau.”
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud , Ahmad dan Ibnus Sunni)

10. Kemudian membaca.
حسبي الله لا إله إلا هو عليه توكلت وهو رب العرش العظيم .
“ Alloh-lah yang mencukupi (segala kebutuhanku), Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia, kepada-Nya aku bertawakal. Dia-lah Robb (yang menguasai) ‘Arsy yang agung.”
(Di baca 7x ) (HR.Ibnu Sunni dan Abu Dawud)

11. Kemudian membaca.

(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ. اللهم استر عوراتي وآمن روعاتي .اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ ))
“Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Alloh, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tentramkanlah aku dari rasa takut. Ya Alloh, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau bumi terbelah yang membuat aku jatuh dan lain-lain).” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

12. Kemudian membaca.
(( اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ ))
“Ya Alloh, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Robb pencipta langit dan bumi, Robb segala sesuatu dan Yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang hak kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, setan dan bala tentaranya, dan aku (berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau menyeretnya kepada seorang Muslim.” (HR at-Tirmidzi dan Abu Dawud)
13. Kemudian membaca.
(( بِسْمِ اللهِ الذي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ))
“Dengan nama Alloh yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3 kali)

Siapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore hari, maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakan dirinya. (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
14. Kemudian membaca.
(( رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا ))
“Aku rela Alloh sebagai Robb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi (yang diutus oleh Alloh).” (Dibaca 3 X)

Siapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore hari, maka hak Alloh untuk memberikan keridhaan-Nya kepadanya pada hari Kiamat kelak. (HR. Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnus Sunni)
15. Kemudian membaca
(( يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ ))
“Wahai Dzat Yang Maha Hidup, wahai Dzat Yang Maha Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekalipun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan-Mu).” (HR. al-Hakim dan adz-Dzahabi)


16. Kemudian membaca.
))أصبحنا وأصبح الملك لله رب العالمين اللهم إني أسألك خير هذا اليوم : فتحه ونصره ونوره وبركته وهداه وأعوذ بك من شر مافيه وشر مابعده((
“Kami memasuki waktu pagi, sedang kerajaan hanya milik Alloh, Robb seluruh alam sekalian. Ya Alloh sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar memperoleh kebaikan, pembuka(rahmat),pertolongan,cahaya,berkah, dan petunjuk di hari ini. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang ada di dalamnya dan kejahatan sesudahnya.(HR.Abu Dawud)
Bila sore membaca.
((أمسينا وأمس الملك لله رب العالمين اللهم إني أسألك خير هذه الليلة : فتحها ونصرها ونورها وبركتها وهداها وأعوذ بك من شر مافيها وشر مابعدها))

“Kami memasuki waktu sore , sedang kerajaan hanya milik Alloh, Robb seluruh alam sekalian. Ya Alloh sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar memperoleh kebaikan, pembuka(rahmat),pertolongan,cahaya,berkah, dan petunjuk di malam ini. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang ada di dalamnya dan kejahatan sesudahnya.(HR.Abu Dawud)


17. Kemudian membaca.

(( أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ))
“Di waktu pagi kami berkomitmen kepada Islam, kalimat ikhlash, agama Nabi kita Muhammad , dan agama ayah kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, sebagai Muslim dan ia tidak tergolong orang-orang musyrik.” (HR. Ahmad dan Ibnu as-Sunni)
Bila sore hari membaca:
(( أَمْسَيْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ... ))
“Di sore hari kami berkomitmen kepada Islam....”

18. Kemudian membaca:
(( سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ ))
“Maha Suci Alloh, aku memuji-Nya.” (Dibaca 100 X) (HR. Muslim)
19. Kemudian membaca.
(( لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ ))
“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Alloh Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 10 X, atau cukup 1 X dalam keadaan malas)
Siapa membacanya 100 X di pagi dan sore hari, di hari kiamat nanti tidak ada orang lain mendapatkan pahala yang lebih banyak darinya (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)
20. Kemudian membaca.

(( سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ ))
“Maha Suci Alloh, aku memuji-Nya sebanyak makhluk-Nya, sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan ‘Arasy-Nya dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.” (Dibaca 3 X setiap pagi) (HR. Muslim)
21. Kemudian membaca.
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً ))
“Ya Alloh, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.” (Dibaca pagi hari) (HR. Ibnu Majah dan Ibnu as-Sunni)
22. Kemudian membaca.
(( أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ ))
“Aku memohon ampun kepada Alloh dan bertobat kepada-Nya.” (Dibaca 100 X dalam sehari) (HR. al-Bukhari dan Muslim)
23. Kemudian membaca.
(( أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ ))
“Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Alloh yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya.” (Dibaca 3 X setiap sore hari)

Siapa membaca doa ini pada sore hari sebanyak 3 X, tidak berbahaya baginya sengatan (binatang berbisa) pada malam harinya. (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan Ibnu as-Sunni)
24. Kemudian membaca.
(( اَللَّهُمَّ صَلِّ على محمد وعلى آله وسلم ))
“Ya Alloh, limpahkanlah shalawat dan salam sejahtera kepada Nabi kami Muhammad.”
Siapa bershalawat kepada beliau 10 X pada pagi hari, dan 10 X pada sore hari, maka ia akan mendapatkan syafaat beliau pada hari Kiamat nanti. (Dibaca 10 X) (HR. ath-Thabrani)


Bacaan dzikir pagi dan petang di atas merupakan bacaan dzikir dari dalil-dalil yang shohih dan diajarkan Rosululloh kepada umatnya. Selain sebagai amalan sunah, dzikir tersebut adalah benteng bagi setiap pribadi muslim dari ganguan kejahatan setan dan jin baik berupa sihir maupun guna-guna. Semoga kita bisa mengamalkannya.

Sayang…Mintalah Kepada Alloh!

Begitulah kalimat yang semestinya kita ucapkan ketika hendak mengajari anak kita berdoa kepada Alloh. Jika anak di besarkan dengan kasih-sayang maka akan tumbuh berkembang menjadi pribadi mulia dengan matang. Dan Jika anak diajarkan padanya hanya meminta pada Alloh, maka akan lahir jiwa muwahid dan pejuang.

SEJAK DINI AJARKAN ANAK KITA BERDOA DAN MEMINTA HANYA KEPADA ALLOH

Kalau kita pelajari siroh nabi saw maka akan kita dapati bahwa nabi saw sejak dini telah mengajarkan pada anak hanya meminta kepada Alloh.Pada suatu hari Ibnu Abbas rdhma berjalan dibelakang Rosululloh . Dalam satu riwayat ia dibonceng di belakang Rosululloh . Dalam setiap kesempatan nabi tak pernah lepas dari dzikir, dakwah, nasihat dan bimbingan kepada orang yang bersamanya. Pada momen yang baik tersebut Rosululloh memberikan nasihat kepada Ibnu ‘Abbas yang masih kecil dengan haditsnya yang sangat terkenal:
(( يَا غُلاَمَ إِنيِّ أُعَلِمُكَ كَلِمَاتٍ اِحْفَظِ اللهَ يَحَفْظكَ اِحْ فَظِ اللهَ تَجِدْهُ تِجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَاعْلَمُ أَنَّ الأُمَةَ لَوِ اجْتَمْعَتُ عَلََى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُُ لَكَ وَلَوِ اجْتَمَعُوْاعَلىَ أَنْ يَضُرُوَكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضْرُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءِ قَدْ كَتَبَه اللهُ عَلَيْكَ رُفِعَتِ الأُقَلاَمُ وَجَفَتِ الصُحُفُ ))
“Wahai anak (kecil), saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Alloh, niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Alloh niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Alloh, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh. Ketahuilah, sesungguhnya jika suatu umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Alloh tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu, niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Alloh tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.” (HR. at-Tirmidzi)
Satu poin besar dari kumpulan mutiara nasihat diatas adalah sabda nabi saw
(إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ)’apabila engkau meminta ,maka mintalah kepada Alloh’. Begitu agungnya nasihat nabi saw kepada ponakannya yang masih kecil. Memang Pendidikan tauhid sejak dini merupakan mahaj nabawi dalam mendidik anak secara islami. Dengan demikian fitroh anak akan terjaga dan mengakar kokoh di dalam dasar jiwa.
Di dalam hadits tersebut rosululloh mengajarkan implementasi tauhid yang paling dasar yaitu hanya meminta kepada Alloh dalam segala hal. Inilah yang harus kita ajarkan kepada anak didik kita. Kita harus tanamkan dalam-dalam bahwa hanya Alloh tempat meminta segala kebutuhan. Semua itu karena Allohlah pecipta segala sesuatu dan ditangannyalah segala manfaat dan karunia. Adapun makhluk maka dia hanya sebagai sebab dan perantara. Sedangkan penentu utama adalah Alloh swt. Jika Alloh berkendak memberi sesuatu pada hambaNya maka tidak ada satupun yang bisa menghalanginya. Begitu juga ketika Alloh menahan seseuatu maka tak ada satupun yang bisa memberinya meski segala seba ditempuh dan di lakukan.
Saudaraku tercinta…anak-anak kita harus faham akan hal ini. Begitu juga harus terbiasa meminta hanya kepada Alloh karena dialah dzat yang maha pemberi. Nasihat yang sangat agung tersebut hendaknya menjadi renungan bagi para orang tua dalam mendidik buah hatinya.

Kenalkan pada anak makna Asma’ul Husna

Orang tua harus menamkan kepada anaknya makna-makna asma’ul husna. Selain kita suruh mereka menghafalnya kita jelaskan pula makna dan kandungan nama tersebut kepada mereka. Seperti nama Alloh “Al Wahhab(Maha Pemberi),al Mannan(Maha Mengaruniai) , ar Rozzaq(Maha Pemberi Rizqi)dll. Dengan mengenalkan makna dan kandungan nama tersebut harapannya akan menguatkan benih tauhid yang telah bersemayam dalam jiwanya. Dengan demikian anakpun akan mengerti bahwa selain Alloh bukanlah tempat meminta dan berdoa. Jangan sampai mengajarkan anak meminta pada penghuni kubur sebagaimana yang dilakukan banyak orang saat mengajak anaknya ziaroh kubur. Begitu juga jangan mengajarkan meminta kepada para dukun saat anak sedang sakit dan hendak berobat. Kita harus tanamkan dalam-dalam bahwa hanya kepada Alloh tempat berdoa dan meminta segala kebutuhan.
Saudaraku…jangan sungkan-sungkan berkata pada buah hati kita misalnya, “sayang…klo adik pengen pinter,pengen di beliin baju baru,tas baru dll, jangan lupa ya berdoa meminta pada Alloh agar ayah/ibu di beri kemudahan membelikan permintaan adik”. Ungkapan tersebut memang sederhana. Namun anak akan belajar mengerti bahwa orang tua yang dia meminta kepadanya hanyalah sekedar wasilah dan bukan pemberi segalanya.

Waspadailah lingkungan dan acara Televisi

Lingkungan sering kali menjadi kendala besar dalam mendidik anak-anak kita. Hari ini sangat susah sekali mendapatkan lingkungan yang mendidik anak bertauhid dan berakhlaq mulia. Oleh karena itu selain selektif harus juga ada upaya islamisasi lingkungan sekitar kita. Jangan biarkan anak kita didik lingkungan yang tidak islami. Hal tersebut karena kita dan anak kita adalah bagian darinya. Lingkungan syirik akan mencetak generasi yang mendua saat berdoa pada sang pencipta. Begitu juga lingkungan yang bobrok akan menjadikan sensitivitas anak-anak kita lemah dalam menjalankan perintah Alloh.
Adapun berkaitan dengan televisi hari ini banyak sekali sinetron anak yang merusak fitroh dan aqidah tauhid anak. Banyak orang tua yang tidak sadar bahwa seringnya anak nomton kartun /film yang tidak mendidik akan berpengaruh bagi aqidah anak. Memang pengaruh tersebut tidak muncul secara langsung. Tapi minimal mindset anak cenderung berfikir bahwa selain Alloh ada kekuatan lain yang bisa menandinginya. Film Doraemon misalnya, kalau kita cermati Film tesebut mengajari anak berbuat syirik karena seringkali tokoh utamanya meminta hal-hal yang sebenarnya tidak bisa di lakukua kecuali Alloh. Begitu juga Kera sakti, Avatar, Dragon Ball dan semisalnya adalah tayangan sinetron anak yang mengajarkan praktek kesyrikan berupa penyembahan terhadap dewa-dewa. Orang tua harus jeli dan selektif dengan tayangan televisi terutama disaat liburan. Pastikan orang tua selalu melakukan controlling dengan tayangan anak. Sehingga aqidah anak kita benar-benar murni dari kesyirikan.

Memilih timing yang tepat.

Orang tua harus tahu kapan waktu yang tepat mengajarkan pada anaknya berdoa pada Alloh. Rosululloh saw pun senatiasa memilih waktu-waktu yang tepat ketika memberikan pengajaran. Inilah salah satu kunci rahasia kesuksesan pendidikan nabi saw.
Pada usia anak mencapai tujuh tahun di dalam islam seorang anak mulai diperintahkan menegakkak sholat. Karena pada fase perkembangan itulah seorang anak mulai menginjak usia tamyiz(fase dimana anak membedakan antara baik dan buruk). Tidak ada ajaran dalam agama apapun selain islam yang menganjurkan anak seusia tersebut untuk mulai berinteraksi dengan sang pencipta. Kalau kita renungkan ada rahasia besar di balik perintah pertama kali yang yang harus ditegakkan seorang anak adalah menjalankan sholat dan bukan bersyahadat. Semua itu karena fitroh mereka memang tauhid sehingga pertama kali yang diperintahkan adalah upaya penjagaan fitroh tauhid tersebut dengan sholat.
Disaat itulah kita ajarkan pada buah hati kita berdoa hanya kepada Alloh tempat meminta segala sesuatu. Kita bimbing sang anak untuk selalu berdoa setelah menjalankan sholat. Kita ajarkan doa-doa beserta adabnya. Kemudian kita ajak praktek langsung bermunajat kepada Alloh disamping kita. Disaat itulah kita bisikkan dengan penuh kelembutan kepada buah hati kita ” Sayang…Mintalah kepada Alloh!”
Semoga anak-anak kita kelak menjadi generasi robbani yang menjadi penerus perjuangan menegakkan kemurnian islam. Amiin.

NAFKAH ISTRI DALAM ISLAM


Satu hal yang harus benar-benar menghujam kuat pada diri seorang suami bahwa istri adalah amanah dari Alloh yang kelak akan dimintai pertanggung jwabkan di hadapan-Nya. Maka dari itu wajib baginya menjalankan apa-apa di wajibkan alloh atas dirinya. Dan Diantara kewajiban besar dalam din yang seringkali diremehkan para suami adalah memberi nafkah istri dengan layak. Banyak sekali dalil-dalil dari alqur’an ,hadits bahkan ijma’ tentang kewajiban memberi nafkah bagi istri. Insya alloh pada kesempatan akan kita bahas secara singkat tentang nafkah istri dalam perspektif islam.

Pengertian nafkah

إخراج الشخص مؤونة من تجب عليه نفقته من خبز وأدم، وكسوة، ومسكن، وما يتبع ذلك من ثمن ماء، ودهن ومصباح ونحو ذلك.
Nafkah adalah segala sesuatu yang harus di keluarkan seseorang kepada yang wajib di tanggungnya (baik istri maupun anak) baik berupa roti, lauk-pauk (bahan makanan pokok), pakaian, tempat tinggal dan segala hal yang menjadi kebutuhan hidup lainnya seperti biaya beli air,listrik dll .
Mayoritas ulama memasukkan kedalam nafkah seperti alat kebersihan dan wangi-wangian ke dalam pokok yang wajib dibiayai oleh suami, demikian pula alat keperluan tidur, seperti kasur dan batal sesuai dengan kebiasaan setempat. Bahkan bila istri tidak melakukan pelayanan dan selalu menggunakan pelayan, maka suami wajib menyediakan pelayan yang akan membantunya, walaupun hanya seorang .
Dalil dalil yang mewajibkan pemberian nafkah istri

A. Dalil dari al qur’an

Alloh swt berfirman di dalam al Qur’an

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka…”(QS.ath Tholaq: 6)
Imam ibnu katsir berkata dalam tafsirnya” Dalam ayat ini Alloh berfirman kepada para hambanya jika diantara mereka ada yang menceraikan istrinya hendaknya tidak ditinggal serta merta (selama dalam masa tunggu/iddah) namun memberikan tempat tinggal sehingga iddahnya habis.” Imam qotadah berkata dalam mengomentari ayat ini, ‘Jika engkau tidak mendapatkan tempat tinggal untuk istri yang telah dicerai kecuali tempat di samping rumahmu (kontrakan) maka bagimu menempatkan dia ditempattersebut .
Jika istri yang dicerai dan dalam masa iddah saja masih diwajibkan bagi suami memberikan nafkahnya berupa tempat tinggal maka lebih di wajibkan lagi bagi istri yang menjadi tanggungannya.

B. dalil dari hadits

Imam Ahmad dalam musnadnya menyebutkan sebuah hadits
" كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ "
“Cukuplah seorang di anggap berdosa ketika menyia-nyiakan siapa saja yang menjadi tanggungan nafkahnya.”(HR. Ahmad nmr 6495)
Begitu juga Imam al hakim mengeluarkan hadits di dalam kitab nikah hadits dari hakim bin Muawiyyah al Qusyairi dari ayahnya .
يا رسول الله : ما حق زوجة أحدنا عليه ؟ قال : أن يطعمها إذا طعم و يكسوها إذا اكتسى و لا يضرب الوجه و لا يقبح و لا يهجر إلا في البيت
“ Wahai Rosululloh saw apakah hak istri kita (atas suami)? Rosululloh saw menjawab: ‘Hendaklah memberinya makan jika meminta makan,kemudian memberinya pakaian jika meminta pakaian dan janganlah memukul di wajah,menjelek-jelekkannya serta tidak melakukan hajr (menjauhinya) kecuali di dalam rumah.”

C. dalil dari Ijma’

Ibnu Rusyd dalam kitab beliau Bidayatul Mujtahid tentang adanya kesepakatan di natara para ulama tentang wajibnya nafkah bagi istri.
وَاتَّفَقُوا عَلَى أَنَّ مِنْ حُقُوقِ الزَّوْجَةِ عَلَى الزَّوْجِ النَّفَقَةَ وَالْكِسْوَةَ لِقَوْلِهِ تَعَالَى : ( وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ )
Dan para ulama telah bersepakat bahwa diantara hak-hak istri atas suami adalah masalah pemberina nafkah dan pakaian. Dalilnya adalah firman Alloh ayat…
Selain itu Dr Wahbah al Zuhaili dalamkitab beliau fiqh islam wa adilatuhu juga menyebutkan ijma bahwa para ulama sepakat bahwa nafkah wajib bagi suami kepada istrinya jika dia telah berakal dan baligh dan telah digauli selama istri tersebut bukanlah pembangkan.
dari dalai al Qur’an, haduits dan ijma tersebut jelas sekali bahwa nafkah istri hukumnya wajib hanya saja terjadi perbedaan pendapat kapan di mulai waktu wajibnya nafkah tersebut? Imam malik mengatakan bahwa waktunya ketika istri telah digauli atau ketika sang suami mengajak istrinya untuk berhubungan ranjang dan kondisi istri layak untuk di gauli(bukan kecil/belum baligh) maka saat itulah nafkah diwajibkan bagi suami. Jika seandainya suami belum baligh(kecil) dan istri telah baligh (dewasa) maka tetap wajib bagi suami menafkahi istrinya. Namun jika keadaannya sebaiknya( suami dewasa dan istri mbelum baligh) diseni ada perbedaan di kalangan para ulama di dalam masalah ini. Begitu juga tetap wajib menafkai istri meskipun dia seorang yang kaya raya.
Mayoritas ulama sepakat pulabahwa nahkah yang wajib yaitu bagi istri yang taat bukan pembangkan(nasyiz). Adapun kadarnya tidak ada batasan tertentu. Artinya sesuai dengan yang wajar dalam adat masyarakatnya. Jumhur ulama berpendapat bahwa kewajiban nafkah bersifat tetap permanen. Bila dalam waktu tertentu suami tidak menjalankan kewajibannya, sedangkan dia berkmampuan untuk membayarnya, maka istri dibolehkan mengambil harta suaminya sebanyak kewajiban yang dipikulnya. Dasar dari pemikiran ini adalah hadi Nabi dari Aisyah sehubungan istri Abu Sofyan.

Macam-macam nafkah
Dalam islam nafkah yang di berikan oleh suami kepada istri tidak sekedar nafkah yang
Hal-hal yang menyebabkan gugurnya nafkah istri
Para ulama menyebutkan beberapa hal yang bisa menjadikan nafkah istri gugur atas suami. Diantara hal-hal tersebut adalah
1. Suami meninggal dunia.
Ketika suami meninggal dunia maka terputuslah kewajiban nafkah suami atas istri. Namun sang istri masih berhak tinggal dirumah suami (jika rumah tersebut miliksuami) hingga masa iddahnya habis 4 bulan 10 hari). Begitu juga sang istri berhak mendapatkan harta warisan dari suami sesuai dengan bagiannya.
2. Terjadi talak bain kubro(talak perpisahan)/ pisah suami istri karena perceraian.
Jika ternyata terjadi perceraian maka gugurlah kewajiban suami menafkahi istrinya. Karena status wanita tersebut bukan istrinya lagi namun perempuan asing yang tidak halal baginya kecuali telah dinikahi orang lain dan dicerai tanpa campur tangan suami yang pertama kemudian baru dia nikahi kembali. Jika talaknya masih talak roj’i(talak yang bisa ruju’ kembali)maka suami masih berkewajiban menafkahi istri selama dalam masa tungguwalaupun di larang menggaulinya.Karena pada saat itu status mereka masih suami istri.
3. Istri berbuat nusyuz
Nusyuz Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya, berbuat serong atau tidak mau patuh terhadap perintah suami dalam rangka ketaatan pada Alloh dll. Ketika kondisi istri seperti ini (naudzu billah) maka mayoritas ulama berpendapat gugurnya nafkah istri atas suami.
Ibnu Hazm al Andalusiy dalam al Muhalla menyebutkan pendapat ulama Zhahiriyah bahwa kewajiban nafkah yang tidak dibayarkan suami dalam masa tertentu karena ketidakmampuannya, tidak menjadi hutang suami. Hal ini mengandung arti kewajiban nafkah gugur disebabkan ia tidak mampu. Dalil yang digunakan oleh ulama ini adalah ayat al-Qur’an dimana Allohtidak membebankan hukum kepada orang yang tidak mampu memikulnya.
Hikmah Dari nafkah
Diantara hikmah terbesar dari nafkah adalah sebagai sarana meraih kebahagian hidup yang sakinah, mawaddah dan penuh rohmah. Tanpa adanya nafkah suami istri akan sulit mendayung bahtera rumah tangganya menuju tujuan yang di harapkan. Nafkah merupakan ladang bagi suami untuk bersedekah. Karena sebaik-baik sedekah seorang suami adalah sedekah yang di keluarkan untuk keluarganya.
Ketika seorang istri menyerahkan dirinya kepada seorang suami. Maka saat itu juga secara tanggungan nafkah dia berpindah dari orang tua kepada suaminya. Ketika terpenuhinya nafkah istri baik lahir maupun batin maka tujuan nikah yang di idamkan akan tercapai dengan izin Alloh.
Tak ada kata lelah dalam mencari nafkah
Lelah dan sangat lelah perjuangan seorang suami menncari nafkah yang halal bagi sang istri tercinta. Terkadang sang suami harus bermandikan peluh keringat setiap hari. Tidak jarang juga pulang malam basah kuyub kehujanan. Itulah perjuangan sang suami yangseharusnya para istri menghargai. Memang terkadang sedikit bahkan seringkali kurang. Tugas suami hanyalah mencari dan hasilnya di tangan Alloh. Jangan sekali mengatakan pada suami gak pecus kerja lantara hanya mendapat sedikit uang.Buang kata itu, sambutlah suami anda tatapan sejuk dan hangatnya senyuman. Tidak jadi soal rezqi sedikit yang penting halal dan disyukuri. Insya Alloh berkah rizqi tersebut.
Namun disitulah letak kemulian suami dan keutamaannya. Alloh berfirman
              
34. kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Jelas sekali ayat tersebut bahwa salah satu sebab laki-laki lebih utama dari wanita karena mereka menginfakkan hartanya pada mereka. Dan diantara infak yang paling utama adalah menanggung nafkah istrinya. Oleh karena itu sang istri harus memahami akan kewajiban ini. Jangan sampai ia menuntut nafkah di luar kesanggupan suaminya. Karena hal tersebut kedzaliman terhadap suami. Begitu juga bagi sang suami jangan sampai terlalu pelit member nafkahnya pada istri sehingga ia merasa kekurangan karena hal inijuga suatu kedzaliman. Sebaik –baik keadaan adalah sifat ibadurrohman yang bertengahan dalam membelanjakan harta.

SEJARAH PANJANG VIRUS SEKULARISME


Salah satu bid’ah terbesar zaman ini adalah faham sekularisme yang melanda kaum muslimin dalam memahami dienul Islam.Virus ganas ini ternyata berhasil mengamputasi agama dari kehidupan sosial masyarakat.Untuk lebih mendalami makna sekularisme marilah kita simak secara singkat sejarah panjang menyebarnya virus sekulerisme dalam tubuh umat islam.
Makna sekularisme
Secara etimologis Sekularisme berasal dari bahasa latin “saeculum” yang mempunyai arti dengan dua konotasi yaitu waktu dan lokasi: Waktu menunjuk kepada pengertian ”sekarang” atau ‘Kini”. Dan lokasi menunjuk kepada pengertian ‘dunia’ atau ‘duniawi’. Jadi ‘saecullum’ berarti ‘zaman ini’ atau ‘masa kini’, dan zaman ini atau masa kini menunjuk kepada peristiwa-peristiwa di dunia ini, dan itu juga bisa berarti ‘peristiwa-peristiwa masa kini’ .
Adapun secara terminologis sekularisasi di definisikan sebagai pembebasan manusia”pertama-tama dari agama dan kemudian metafisika yang mengatur nalar dan bahasannya . Namun secara sederhana, berbagai kamus mendefinisikan”sekularisme” sebagai paham yang memisahkan antara agama dengan Negara/kehidupan atau
(فصل الدين عن الحياة أو الدولة) . Dalam konteks definisi ini berarti segala urusan agama harus dipisahkan dengan segala urusan Negara. Dengan demikian menurut faham ini bahwa penyelenggaraan Negara tidak boleh dicampuri dengan urusan agama sedikitpun. Epistemologi inilah yang akhirnya menggelinding di berbagai Negara Islam bagai bola salju yang melahap setiap bidang kehidupan yang di laluinya. Bukan sekedar ruang lingkup pemerintahan negara saja, bahkan sampai pada sektor pendidikan ,ekonomi ,sospol dan hankam telah di serang virus sekulerisme.
SEJARAH KELAM SEKULARISME
Sekularisme lahir di tengah carut marut peradaban barat yang tenggelam dalam lumpur kejahiliyyahan. Pada abad pertengahan Eropa mengalami keterpurukan yang begitu dahsyat. Semua pakar sejarah mengakui dan menulis akan fakta tersebut. Doktrin-doktrin kepalsuan dari pihak gereja yang menyetir pemerintahan di jejalkan pada masyarakat. Semua diam dan membisu dengan doktrin busuk itu . Bahkan rezim yang berkuasa menjadi alat politik pihak gereja untuk melancarkan misi-misinya. Selama ratusan tahun kepalsuan tersebut mengakar kuat dalam masyarakat Eropa .
Tidak sekedar itu, berbagai riset sainspun tidak boleh bertentangan dengan kebijakan gereja. Jika hipotesis para ilmuwan bertentangan maka balasannya penyiksaan berat bahkan hukuman mati di mahkamah inkuisisi rezim gereja. Galileo galilei dan Giordano Bruno adalah tokoh zaman itu yang harus berhadapan dengan rezim bengis dan pembantai gereja Roma. Pada saat itu korban penganiayaan dari rezim pembantai tersebut mencapai 300.000 jiwa bahkan 32.000 diantaranya mati di bakar .
Masyarakat pada waktu itu di bagi dua golongan. Golongan borjuis atau parlente dan proletar atau rakyat jelata. Kaum borjuis hidup bersenang-senang dalam linangan darah kaum proletar.Dan kaum proletar adalah kaum tertindas yang menjadi budak para penyembah hawa nafsu dan syahwat.Tak ada sama sekali penghargaan terhadap wanita. Dalam pandangan mereka wanita adalah sebagai budak sex yang dicampakkan setelah layu ditelan zaman. maka berawal dari situ pula organisasi trans gender di barat sekarang menyerukan kebebasan semu terhadap wanita.
Dari kondisi yang mencekam itu muncullah gerakan ‘anti relegion’(anti agama) sebagai reaksi dari kebiadaban salibis yang selama ratusan tahun berkuasa. Gerakan perlawanan melepaskan hegemoni agama dari pemerintahan gereja itulah yang menjadi cikal bakal gerakan sekularisme di Eropa yang di usung oleh marthin luther, volter, De Kart dan para tokoh kafir lainnya.
Gelombang Sekularisme di dunia Islam
Gerakan sekulerisme yang dilatar belakangi doktrin kepalsuan agama tersebut akhirnya menjadi paham yang mengakar kuat di Negara barat. Sampai pada titik kulminasi kesimpulan bahwa kemajuan akan diraih dengan memisahkan agama dari segala bidang kehidupan. Doktrin-agama adalah indikator dan factor utama penghambat kemajuan peradaban barat. Oleh karena itu barat adalah Negara yang traumatik dengan agama. Hal tersebut karena memang mereka hidup ratusan tahun dalam kepalsuan agama.
Mungkin kita bertanya mengapa Gelombang sekularisme menghembas dunia Islam? Ada beberapa pintu gerbang sekularisme menjamah dunia Islam .
1. Kolonialisme.
Kolonialisme mempunyai andil besar dalam penyebaran sekularisme di Negara Islam. Karena setiap penjajah selalu mewariskan paham sesat kecuali Islam. Pihak yang kalah dan terjajh tentunya akan menjadi lahan tumbuhnya ideology sang penjajah. Tepat sekali apa yang di katakana ibnu Kholdun(1332-1406):” Al-Maghlub mula‘un abadan bi l-iqtida’ bi l-ghalib fi syi‘arihi wa ziyyihi wa milatihi wa sa’iri ahwalihi wa ‘awa’idihi) »
(Pihak yang kalah senantiasa cenderung meniru penakluknya, baik dalam slogan, cara berpakaian, beragama dan seluruh gaya serta adat istiadatnya).
2. Orientalisme
Orientalis ibarat sebuah studi kritis mempelajari seluk beluk Islam tapi bukan untuk meninggikan Islam namun menghancurkan Islam dari dalam. Para orientalis tidak jarang tinggal bertahun-ytahun di Negara Islam. Selain untuk belajar mereka menyebarkan sekulerisme lewat study research mereka.
3. Misionarisme
Ada hubungan erat antara orientalisme dan misionarisme. Misionarisme adalah gerakan kristenisasi yan bertujuan memurtadkan umat Islam atau paling tidak membuat umat Islam asing dan aneh terhadap ajaran agamanya sendiri.
4. Sarjana Muslim yang belajar kebarat.
Cara inilah yang tergolong ampuh menelurkan embrio dan corong-corong sekuler di Negara kaum muslimin. Tak perlu jauh-jauh Indonesia contohnya. Para professor dan doctor didikan barat benar-benar telah menjadi corong mereka.
5. Buku-buku sekulerisme baik yang terjemahan maupun bukan.
Sebagai contohnya adalah buku” Sekularisme, Liberalisme,dan Pluralisme” yang ditulis oleh budhy Munawar-Rachman yang diterbitkan Grasindo ,Jakarta., 2010. Diawal buku dia menulis” Dipersembahkan untuk dua guru besar Islam saya Prof. Dr. Nurcholish madjid dan Prof. Dr.M. dawam rahardjo. Yang telah mengajarkan saya betapa pentingnya mengembangkan pemikiran sekularisme, liberalism dan pluralism untuk pembaruan Islam di Indonesia. Adapun buku terjemahan seperti “Islam,Sekularisme dan Demokrasi Liberal, Menuju Teori Demokrasi Dalam Masyarakat Muslim” Tulisan Nader Hashemi. Yang diterjemahkan oleh Aan rukmana dan Sofwan Al banna Choiruzzad, terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010.
6. Teknologi Informasi

Dari pintu gerbang utama tersebut akhirnya sekularisme menjalar di dunia Islam. Sekularisme benar-benar menolak kemurnian Islam. Konsep dienul Islam yang kaffah diplintir dan dimentahkan para sekularis untuk di terapkan.

Sejarah telah membuktikan Al azhar telah lumpuh menjadi ujung tombak peradaban keilmuan Islam setelah ter’sekulerkan para colonial barat. Lantas universitas Islam Dinegeri kita? Tentunya semua tahu, Universitas Islam mana yang tidak diajarkan faham sekularisme?UIN, STAIN, IAIN yang seharusnya menjadi garda terdepan membangun peradaban Islam di Indonesia telah di gagahi para doctor dan profesor sekuler. Barangkali bukan menjadi rahasia lagi kalau para Doktor Lulusan barat seperti Harun Nasution, Nurcholis madjid, Munawir Syadzali, dawam rahardjo adalah corong-corong dan para agen sekularisme di Indonesia. Para doctor yang berkecimpung di dunia kampus tersebut telah mengobrak-abrik kampus-kampus Islam dengan dokrtin sekularisme. Pembelajaran Islam yang mereka distorsikan dari sudut pandang barat. Maka tak jarang universitas Islam dinegeri ini telah mandul melahirkan para pendidik-robbani. Coba hitung berapa ribu sarjana Islam yang lulus dari universitas Islam? Namun sudahkan kebangkitan Islam yang murni disuarakan? Hanya kepalsuan dibalik “intelektualitas” semu.



Hati-hati dengan dai kepada jahannam
Ikwatii fillah…
Sebagai akhir tulisan ini hendaknya kita benar-bvenart merenungkan hadits yang mulia ini.
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhuma berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ


“Orang-orang biasa bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan sementara aku biasa bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan aku terkena keburukan itu. Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, dahulu kami dalam masa jahiliah dan keburukan, lantas Allah datang dengan membawa kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya.” Saya bertanya, “Apakah sesudah keburukan itu akan ada kebaikan lagi?” Beliau menjawab, “Ya, tapi ketika itu sudah ada kabut.” Saya bertanya, “Apa yang anda maksud dengan kabut itu?” Beliau menjawab, “Adanya sebuah kaum yang memberikan petunjuk dengan selain petunjuk yang aku bawa. Engkau kenal mereka namun pada saat yang sama engkau juga mengingkarinya.” Saya bertanya, “Adakah setelah kebaikan itu akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya, yaitu adanya dai-dai yang menyeru menuju pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka, niscaya mereka akan menghempaskan orang itu ke dalam jahannam.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, tolong beritahukanlah kami tentang ciri-ciri mereka!” Nabi menjawab, “Mereka memiliki kulit seperti kulit kita, juga berbicara dengan bahasa kita.” Saya bertanya, “Lantas apa yang anda perintahkan kepada kami ketika kami menemui hari-hari seperti itu?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu selalu bersama jamaah kaum muslimin dan imam (pemimpin) mereka!” Aku bertanya, “Kalau pada waktu itu tidak ada jamaah kaum muslimin dan imam bagaimana?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kamu menggigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu dalam keadaan kamu tetap seperti itu.” (HR. Al-Bukhari no. 7084 dan Muslim no. 1847)
Kami yakin orang yang fitrohnya masih terjaga pasti tahu siapakah mereka. Bukan orang asing tapi mereka dari negeri kita sendiri. Oleh karena itu hati-hati dan waspadalah!