AKU AKAN BERJALAN WALAU SERIBU ARAL 'KAN MERINTANG

Senin, 20 Februari 2012

SEJARAH PANJANG VIRUS SEKULARISME


Salah satu bid’ah terbesar zaman ini adalah faham sekularisme yang melanda kaum muslimin dalam memahami dienul Islam.Virus ganas ini ternyata berhasil mengamputasi agama dari kehidupan sosial masyarakat.Untuk lebih mendalami makna sekularisme marilah kita simak secara singkat sejarah panjang menyebarnya virus sekulerisme dalam tubuh umat islam.
Makna sekularisme
Secara etimologis Sekularisme berasal dari bahasa latin “saeculum” yang mempunyai arti dengan dua konotasi yaitu waktu dan lokasi: Waktu menunjuk kepada pengertian ”sekarang” atau ‘Kini”. Dan lokasi menunjuk kepada pengertian ‘dunia’ atau ‘duniawi’. Jadi ‘saecullum’ berarti ‘zaman ini’ atau ‘masa kini’, dan zaman ini atau masa kini menunjuk kepada peristiwa-peristiwa di dunia ini, dan itu juga bisa berarti ‘peristiwa-peristiwa masa kini’ .
Adapun secara terminologis sekularisasi di definisikan sebagai pembebasan manusia”pertama-tama dari agama dan kemudian metafisika yang mengatur nalar dan bahasannya . Namun secara sederhana, berbagai kamus mendefinisikan”sekularisme” sebagai paham yang memisahkan antara agama dengan Negara/kehidupan atau
(فصل الدين عن الحياة أو الدولة) . Dalam konteks definisi ini berarti segala urusan agama harus dipisahkan dengan segala urusan Negara. Dengan demikian menurut faham ini bahwa penyelenggaraan Negara tidak boleh dicampuri dengan urusan agama sedikitpun. Epistemologi inilah yang akhirnya menggelinding di berbagai Negara Islam bagai bola salju yang melahap setiap bidang kehidupan yang di laluinya. Bukan sekedar ruang lingkup pemerintahan negara saja, bahkan sampai pada sektor pendidikan ,ekonomi ,sospol dan hankam telah di serang virus sekulerisme.
SEJARAH KELAM SEKULARISME
Sekularisme lahir di tengah carut marut peradaban barat yang tenggelam dalam lumpur kejahiliyyahan. Pada abad pertengahan Eropa mengalami keterpurukan yang begitu dahsyat. Semua pakar sejarah mengakui dan menulis akan fakta tersebut. Doktrin-doktrin kepalsuan dari pihak gereja yang menyetir pemerintahan di jejalkan pada masyarakat. Semua diam dan membisu dengan doktrin busuk itu . Bahkan rezim yang berkuasa menjadi alat politik pihak gereja untuk melancarkan misi-misinya. Selama ratusan tahun kepalsuan tersebut mengakar kuat dalam masyarakat Eropa .
Tidak sekedar itu, berbagai riset sainspun tidak boleh bertentangan dengan kebijakan gereja. Jika hipotesis para ilmuwan bertentangan maka balasannya penyiksaan berat bahkan hukuman mati di mahkamah inkuisisi rezim gereja. Galileo galilei dan Giordano Bruno adalah tokoh zaman itu yang harus berhadapan dengan rezim bengis dan pembantai gereja Roma. Pada saat itu korban penganiayaan dari rezim pembantai tersebut mencapai 300.000 jiwa bahkan 32.000 diantaranya mati di bakar .
Masyarakat pada waktu itu di bagi dua golongan. Golongan borjuis atau parlente dan proletar atau rakyat jelata. Kaum borjuis hidup bersenang-senang dalam linangan darah kaum proletar.Dan kaum proletar adalah kaum tertindas yang menjadi budak para penyembah hawa nafsu dan syahwat.Tak ada sama sekali penghargaan terhadap wanita. Dalam pandangan mereka wanita adalah sebagai budak sex yang dicampakkan setelah layu ditelan zaman. maka berawal dari situ pula organisasi trans gender di barat sekarang menyerukan kebebasan semu terhadap wanita.
Dari kondisi yang mencekam itu muncullah gerakan ‘anti relegion’(anti agama) sebagai reaksi dari kebiadaban salibis yang selama ratusan tahun berkuasa. Gerakan perlawanan melepaskan hegemoni agama dari pemerintahan gereja itulah yang menjadi cikal bakal gerakan sekularisme di Eropa yang di usung oleh marthin luther, volter, De Kart dan para tokoh kafir lainnya.
Gelombang Sekularisme di dunia Islam
Gerakan sekulerisme yang dilatar belakangi doktrin kepalsuan agama tersebut akhirnya menjadi paham yang mengakar kuat di Negara barat. Sampai pada titik kulminasi kesimpulan bahwa kemajuan akan diraih dengan memisahkan agama dari segala bidang kehidupan. Doktrin-agama adalah indikator dan factor utama penghambat kemajuan peradaban barat. Oleh karena itu barat adalah Negara yang traumatik dengan agama. Hal tersebut karena memang mereka hidup ratusan tahun dalam kepalsuan agama.
Mungkin kita bertanya mengapa Gelombang sekularisme menghembas dunia Islam? Ada beberapa pintu gerbang sekularisme menjamah dunia Islam .
1. Kolonialisme.
Kolonialisme mempunyai andil besar dalam penyebaran sekularisme di Negara Islam. Karena setiap penjajah selalu mewariskan paham sesat kecuali Islam. Pihak yang kalah dan terjajh tentunya akan menjadi lahan tumbuhnya ideology sang penjajah. Tepat sekali apa yang di katakana ibnu Kholdun(1332-1406):” Al-Maghlub mula‘un abadan bi l-iqtida’ bi l-ghalib fi syi‘arihi wa ziyyihi wa milatihi wa sa’iri ahwalihi wa ‘awa’idihi) »
(Pihak yang kalah senantiasa cenderung meniru penakluknya, baik dalam slogan, cara berpakaian, beragama dan seluruh gaya serta adat istiadatnya).
2. Orientalisme
Orientalis ibarat sebuah studi kritis mempelajari seluk beluk Islam tapi bukan untuk meninggikan Islam namun menghancurkan Islam dari dalam. Para orientalis tidak jarang tinggal bertahun-ytahun di Negara Islam. Selain untuk belajar mereka menyebarkan sekulerisme lewat study research mereka.
3. Misionarisme
Ada hubungan erat antara orientalisme dan misionarisme. Misionarisme adalah gerakan kristenisasi yan bertujuan memurtadkan umat Islam atau paling tidak membuat umat Islam asing dan aneh terhadap ajaran agamanya sendiri.
4. Sarjana Muslim yang belajar kebarat.
Cara inilah yang tergolong ampuh menelurkan embrio dan corong-corong sekuler di Negara kaum muslimin. Tak perlu jauh-jauh Indonesia contohnya. Para professor dan doctor didikan barat benar-benar telah menjadi corong mereka.
5. Buku-buku sekulerisme baik yang terjemahan maupun bukan.
Sebagai contohnya adalah buku” Sekularisme, Liberalisme,dan Pluralisme” yang ditulis oleh budhy Munawar-Rachman yang diterbitkan Grasindo ,Jakarta., 2010. Diawal buku dia menulis” Dipersembahkan untuk dua guru besar Islam saya Prof. Dr. Nurcholish madjid dan Prof. Dr.M. dawam rahardjo. Yang telah mengajarkan saya betapa pentingnya mengembangkan pemikiran sekularisme, liberalism dan pluralism untuk pembaruan Islam di Indonesia. Adapun buku terjemahan seperti “Islam,Sekularisme dan Demokrasi Liberal, Menuju Teori Demokrasi Dalam Masyarakat Muslim” Tulisan Nader Hashemi. Yang diterjemahkan oleh Aan rukmana dan Sofwan Al banna Choiruzzad, terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010.
6. Teknologi Informasi

Dari pintu gerbang utama tersebut akhirnya sekularisme menjalar di dunia Islam. Sekularisme benar-benar menolak kemurnian Islam. Konsep dienul Islam yang kaffah diplintir dan dimentahkan para sekularis untuk di terapkan.

Sejarah telah membuktikan Al azhar telah lumpuh menjadi ujung tombak peradaban keilmuan Islam setelah ter’sekulerkan para colonial barat. Lantas universitas Islam Dinegeri kita? Tentunya semua tahu, Universitas Islam mana yang tidak diajarkan faham sekularisme?UIN, STAIN, IAIN yang seharusnya menjadi garda terdepan membangun peradaban Islam di Indonesia telah di gagahi para doctor dan profesor sekuler. Barangkali bukan menjadi rahasia lagi kalau para Doktor Lulusan barat seperti Harun Nasution, Nurcholis madjid, Munawir Syadzali, dawam rahardjo adalah corong-corong dan para agen sekularisme di Indonesia. Para doctor yang berkecimpung di dunia kampus tersebut telah mengobrak-abrik kampus-kampus Islam dengan dokrtin sekularisme. Pembelajaran Islam yang mereka distorsikan dari sudut pandang barat. Maka tak jarang universitas Islam dinegeri ini telah mandul melahirkan para pendidik-robbani. Coba hitung berapa ribu sarjana Islam yang lulus dari universitas Islam? Namun sudahkan kebangkitan Islam yang murni disuarakan? Hanya kepalsuan dibalik “intelektualitas” semu.



Hati-hati dengan dai kepada jahannam
Ikwatii fillah…
Sebagai akhir tulisan ini hendaknya kita benar-bvenart merenungkan hadits yang mulia ini.
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhuma berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ


“Orang-orang biasa bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan sementara aku biasa bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan aku terkena keburukan itu. Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, dahulu kami dalam masa jahiliah dan keburukan, lantas Allah datang dengan membawa kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya.” Saya bertanya, “Apakah sesudah keburukan itu akan ada kebaikan lagi?” Beliau menjawab, “Ya, tapi ketika itu sudah ada kabut.” Saya bertanya, “Apa yang anda maksud dengan kabut itu?” Beliau menjawab, “Adanya sebuah kaum yang memberikan petunjuk dengan selain petunjuk yang aku bawa. Engkau kenal mereka namun pada saat yang sama engkau juga mengingkarinya.” Saya bertanya, “Adakah setelah kebaikan itu akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya, yaitu adanya dai-dai yang menyeru menuju pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka, niscaya mereka akan menghempaskan orang itu ke dalam jahannam.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, tolong beritahukanlah kami tentang ciri-ciri mereka!” Nabi menjawab, “Mereka memiliki kulit seperti kulit kita, juga berbicara dengan bahasa kita.” Saya bertanya, “Lantas apa yang anda perintahkan kepada kami ketika kami menemui hari-hari seperti itu?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu selalu bersama jamaah kaum muslimin dan imam (pemimpin) mereka!” Aku bertanya, “Kalau pada waktu itu tidak ada jamaah kaum muslimin dan imam bagaimana?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kamu menggigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu dalam keadaan kamu tetap seperti itu.” (HR. Al-Bukhari no. 7084 dan Muslim no. 1847)
Kami yakin orang yang fitrohnya masih terjaga pasti tahu siapakah mereka. Bukan orang asing tapi mereka dari negeri kita sendiri. Oleh karena itu hati-hati dan waspadalah!

Tidak ada komentar: