AKU AKAN BERJALAN WALAU SERIBU ARAL 'KAN MERINTANG

SEBUAH KLARIFIKASI TENTANG WAHABI

MENGUPAS ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI KONSEP ILMU MENURUT SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB DISUSUN OLEH ABU AZZAM AL KLATENI (MAHASISWA S2 PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012) DOSEN: DR. H. ADIAN HUSAINI.Ph.D. PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS IBNU KHALDUN BOGOR SEMESTER I MENGUPAS ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI KONSEP ILMU MENURUT SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB A. LATAR BELAKANG MASALAH Hari ini banyak kalangan merasa jijik dan memicingkan mata ketika mendengar nama syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab. Nama tersebut seakan seperti monster ganas dalam dunia pergerakan dakwah Islam. Pro dan kontra semakin hari semakin memanas berkaitan dengan tokoh ini. Kalau kita benar-benar mencermati sebenarnya permasalahannya bukan semata-mata isi dakwah syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab. Siapa saja yang membaca kitabnya pasti akan mendapati bahwa kitab-kitab beliau sarat dengan ilmu dan faidah. Akan tetapi perdebatan cenderung muncul seputar kelompok yang enggan kembali kepada al haq ketika datang kepada mereka lantaran yang membawanya bukan dari golongan mereka. Begitu juga dari cara atau strategi dakwah yang terasa kurang hikmah dalam menyampaikan esensi kitab-kitab beliau. Akhirnya penyandaran nama wahabi yang kemudian menjadi isu besar dalam dunia pergerakan islam dan di sangkut pautkan dengan tindak terorisme di berbagai dunia islam dialamatkan kepada beliau. Oleh karena itu banyak sekali beredar buku-buku baik berbahasa arab maupun Indonesia yang berkaitan tentang wahabi. Diantara pengarang buku tersebut ada yang inshaf (pertengahan) dan terlalu banyak juga yang kebablasan dalam mengkritik sehingga keluar dari keilmiahan dan hanya berisi ghibah antara satu kelompok dan yang lain. Akhirnya tulisan tersebut tak lama menjadi sampah di pojok-pojok toko buku. Terlepas dari sengketa tersebut tulisan ini lebih bertendensi pada studi kualitatif pada kitab-kitab beliau. Studi ini sama sekali bukan dalam rangka ta’asub (fanatik golongan). Hak-hak Alloh yang terdzolimi harus kita bela. Saudara kita sesama muslim yang difitnah tanpa bukti yang jelas harus kita tolong siapapun dan dari golongan manapun dia. Prinsip yang kita pegang, bahwa kebenaran itu di ukur bukan dengan perkataan banyak orang dan pengikut. Begitu juga bukan karena perkataan Kyiai atau ulama besar. Namun kebenaran di ukur dengan wahyu baik al Qur’an maupun as Sunnah. Adapun wahyu dari Alloh tidak mungkin tidak pasti sesuai dengan akal dan fitrah dasar manusia. Walaupun terkadang ada beberapa hal dimana akal harus tunduk secara totalitas kepada wahyu. Bukan dalam rangka membatasi berfikir namun, karena memang akal tidak mempunyai kapasitas untuk menjangkau hal tersebut. Dan akal manusia yang sehat mengakui hal itu serta membenarkanya. Hanya orang-orang yang dzalim yang mencoba merambah batas wilayah yang tak mungkin di cerna akal secerdas apapun dia. Meski berdalih studi filsafat. Maka hanya kesia-siaan belaka ketika orang-orang berfilsafat dalam wilayah tersebut. Kemudian harus dibedakan juga antara menjadikan seseorang sebagai “manhaj” atau figur sentral yang di yakini selalu benar dengan menisbatkan kebenaran manhaj pada seseorang atau kelompok. Inilah yang banyak orang lupa dalam menyikapi tokoh. Kebenaran bisa siapa saja yang membawanya, namun jangan sampai karena kebenaran datang dari orang/tokoh yang kita benci menjadikan kita berbuat dzolim kepadanya. Banyak sekali orang yang lari dan antipati ketika mendengar nama Muhammad Bin Abdul Wahab. Padahal dia sama sekali tidak tahu siapa dan apa ajaran yang beliau sampaikan. Seandainya seseorang mau jujur menelaah dan mencocokkan dengan pemahaman islam yang murni, tentu dia akan mendapati bahwa beliau memiliki konsep ilmu yang luar biasa di dalam karangan-karangannya yang sangat ilmiah, sarat dengan dalil, tidak banyak komentar dan mudah dipahami siapapun yang membaca konsepnya. Terkadang memang seribu kebohongan bisa menjadi “kebenaran” ketika di kumandangkan oleh corong-corong media setiap hari. Kemudian di dukung dengan buku-buku yang diterbitkan untuk kepentingan kalangan tertentu dengan misi tertentu. Namun dalam rangka mencari kebenaran dan faidah kita harus tabayyun dan mengkaji bagaimana konsep beliau terhadap ilmu yang menjadi pondasi worldview dalam kehidupan bahkan peradaban. Maka disini penulis mencoba memaparkan secara ringkas konsep ilmu menurut syaik Muhammad Bin Abdul Wahab. B. BIOGRAFI SINGKAT SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB 1. Nama dan Nasabnya Beliau adalah Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rosyid bin Yazid bin Muhammad bin Musyrif bin Umar bin Mu’dhod bin Riis bin Zakhir bin Muhammab bin Ali bin Wuhaib bin Qosim bin Musa bin Mas’ud bin Uqbah bin Sunai’ bin Nasyhal bin Syadad bin Zuhair bin Syihab bin Rabiiah bin abi Suud bin Malik bin Handzolah bin Malik bin Zaid Manah bin Tamim bin Murroh bin Ad bin Tobikhoh bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Adapun nasabnya berakhir pada kabilah Tamim yaitu satu kabilah yang terkenal di masa jahiliyyah maupun Islam . 2. Kelahiran Beliau Beliau rahimahullah dilahirkan pada tahun 1115 dari Hijrah Nabi –semoga shalawat dan salam yang paling afdhal tercurah atas beliau- di kota ‘Uyainah yang masih masuk wilayah Najd, sebelah barat dari kota Riyadh, jaraknya dengan kota Riyadh sekitar perjalanan 70 km. 3. Pertumbuhan Beliau Beliau tumbuh dan besar di negeri ‘Uyainah dan menimba ilmu di sana. Beliau hafal Al-Qur’an sebelum umur 10 tahun. Beliau seorang yang jenius dan cepat memahami. Di bawah asuhan bapaknya sendiri beliau belajar fikih mazhab Hambali, tafsir, hadits, aqidah dan beberapa bidang ilmu syar’i serta bahasa. Beliau sangat menaruh perhatian besar terhadap kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim rahimahumallah, sehingga beliau terpengaruh oleh keduanya dan berjalan mengikuti jejak mereka dalam mementingkan masalah aqidah yang benar, mendakwahkannya, membelanya dan memperingatkan dari perbuatan menyekutukan Allah, bid’ah serta khurafat. 4. Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu Beliau mengadakan rihlah (perjalanan) menuju Mekkah untuk menunaikan kewajiban haji dan mencari bekal ilmu syar’i. Kemudian beliau rihlah ke Madinah Nabawiyyah dan di sana bertemu dengan dua syaikh yang alim lagi mulia, yang mana keduanya mempunyai pengaruh terbesar dalam kehidupan beliau, mereka adalah Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif An-Najdi dan Asy-Syaikh Muhammad Hayah bin Ibrahim As-Sindi. Lantas beliau rihlah ke Bashrah dan beliau mendengarkan hadits, fikih dan membacakan nahwu kepada gurunya sampai menguasainya. Kemudian beliau rihlah ke daerah Ahsa’ dan bertemu dengan syaikh-syaikh Ahsa’, di antaranya Abdullah bin Abdul Lathif seorang hakim. 4. Guru-guru Beliau a. Ayah beliau sendiri Asy-Syaikh Abdul Wahhab bin Sulaiman b. Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif, yaitu ayah Asy-Syaikh Ibrahim bin Abdullah pengarang kitab Al-‘Adzbu Al-Faidh fi ‘Ilmil Faraidh. c. Asy-Syaikh Muhammad Hayah bin Ibrahim As-Sindi d. Asy-Syaikh Muhammad Al-Majmu’i Al-Bashri e. Asy-Syaikh Musnid Abdullah bin Salim Al-Bashri f. Asy-Syaikh Abdul Lathif Al-Afaliqi Al-Ahsa’i 5. Karya-karya beliau Beliau mempunyai banyak karya tulis yang dengannya Allah berikan manfaat kepada alam islami, di antaranya: a. Kitabut Tauhid b. Ushulul Iman c. Kasyfusy Syubhat d. al Ushul ats Tsalatsah e. Mufidul Mustafid fi Kufri Tarikit Tauhid f. Mukhtashar Fathul Bari g. Mukhtashar Zadul Ma’ad h. Masa’il Jahiliyyah i. Fadhailush Shalah j. Kitabul Istimbath k. Risalah Ar-Radd ‘ala Ar-Rafidhah, yaitu risalah ini. l. Majmu’atul Hadits dan sebagian besarnya telah tercetak dalam kumpulan karya-karya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pada tahun 1398 H di Riyadh di bawah pengawasan Jami’ah Al Imam Muhammad bin Su’ud. 6. Kiprah Beliau Dalam Dunia dakwah Kalau kita lihat dan cermati dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul wahab di dalam kitab-kitab karangan-karangannya maka kita akan dapati bahwa beliau benar-benar sosok pengusung dawah kemurniaaan. Karya –karya beliau benar-benar monumental dan memberikan kontribusi besar dalam alur dakwah pergerakan islam bagi orang yang benar-benar jujur membacanya. 7. Wafat beliau Beliau rahimahullah wafat pada hari Jum’at di akhir bulan Dzulqa’dah tahun 1206 H pada umur 71 tahun setelah melakukan jihad yang panjang, berdakwah menyerukan kebaikan, mengadakan perbaikan, menyebarkan ilmu dan pengajaran. Kemudian beliau dimakamkan di pekuburan Dir’iyyah, semoga rahmat Allah terlimpah atasnya. Banyak dari para penyair yang melantunkan bait-bait kesedihannya, di antara mereka adalah imam Ash Shon’ani dalam qasidahnya yang panjang . C. KONSEP ILMU MENURUT SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB 1. Ontologi Ilmu menurut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Di dalam kitab beliau Al Utsul Tsalatsah mendefinisikan ilmu sebagai berikut : الْعِلْمُ: وَهُوَ مَعْرِفَةُ اللهِ، وَمَعْرِفَةُ نَبِيِّهِ ـ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ـ، وَمَعْرِفَةُ دِينِ الإِسْلامِ بالأَدِلَّةِ. “Ilmu yaitu mengenal Alloh SWT (ma’rifatulloh) dan mengenal nabi-Nya (ma’rifatu nabiyyihi) dan mengenal dinul islam dengan dalil-dalilnya (ma’rifatu dinil islam bil adillati) Yang di maksud dengan ilmu disini adalah ilmu yang setiap manusia tidak boleh bodoh dengannya (ilmu dien/agama). Ilmu yang menjadi bekal utama sebelum seseorang meluncur memahami ilmu-ilmu yang lain di dunia ini. Hakikat ilmu inilah yang menjadikan kebanyakan orang bingung ketika tidak memahaminya yaitu ilmu tentang eksistensi manusia dan penciptanya. Orang-orang barat mengalami kebingungan yang luar biasa ketika tidak memahami konsep ma’rifatulloh. Kemudian mereka mencoba dengan filsafat untuk memahami konsep ketuhanan. Bahkan berfikir tentang eksistensi Tuhan sebagai pencipta Alam. Namun konsep-konsep mereka hanyalah konsep mentah. Hipotesis merekapun sering tidak mampu membuahkan hasil yang cemerlang karena mereka hanya dibimbing oleh akal yang tidak bisa dijadikan standar mutlak dalam menilai sebuah kebenaran. Semua itu karena mereka hanya meyakini sesuatu yang bersifat empiris, logika dan matematis. Adapun diluar hal tersebut bukanlah suatu ilmu karena tidak bisa diempiriskan. Ma’rifatulloh adalah dasar pertama kali ilmu. Ia juga bisa dikatakan sebagai buah ilmu itu sendiri yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan Laa ilaaha illalloh . Dengannya manusia mengetahui eksistensinya di dunia ini. Artinya segala sesuatu pasti ada penciptanya.karena akal sehat tidak menerima hipotesis tentang keberadaan manusia maupun alam semesta yang muncul dengan secara tidak sengaja dan tiba-tiba.Apalagi tentang tata alam semesta yang begitu rapi dan sempurna. Dengan berfikir terhadap ciptaanNya di alam semesta manusia semakin yakin akan pencipataanya. Hakikat dari ma’rifatlloh adalah mengenal keberadaan Alloh beserta nama dan sifat-Nya untuk beribadah dengan mentauhidkannya. Beliau berkata dalam kitabnya فإذا عرفت أن الله خلقك لعبادته، فاعلم أن العبادة لا تسمى عبادة إلا مع التوحيد، كما أن الصلاة لا تسمى صلاة إلا مع الطهارة؛ فإذا دخل الشرك في العبادة فسدت، كالحدث إذا دخل في الطهارة. فإذا عرفت أن الشرك إذا خالط العبادة أفسدها وأحبط العمل وصار صاحبه من الخالدين في النار، عرفت أن أهم ما عليك معرفة ذلك. “Maka jika Engkau mengetahui bahwasanya Alloh menciptakan kalian semua untuk beribadah kepadaNya. Maka ketahuilah bahwasanya suatu ibadah tidak di katakan ibadah kecuali dengan tauhid. Sebagaimana sholat tidak disebut dengan sholat kecuali dengan thoharoh(bersuci). Begitu juga apabila kesyirikan telah masuk kedalam peribadahan maka akan merusaknya sebagaimana kotoran najis yang bercampur dengan sesuatu yang suci. Apabila engkau mengetahui bahwasanya kesyirikan jika bercampur dalam peribadahan merusaknya, menghapus amalan dan pelakunya kelak kekal di neraka maka ketahuilah bahwa yang terpenting bagimu adalah ma’rifah akan hal itu.” Adapun mengenal nabi-Nya maka hal ini merupakan wasilah dalam mengenal Alloh. Nabi adalah seseorang yang dipercaya Alloh dalam rangka menyampaikan wahyu Alloh. Ilmu tentang ma’rifatulloh tidak mungkin dipahami dengan baik kecuali dengan megenal rosul-Nya. Karena dialah orang yang paling mengetahui tentang pencipta alam semesta. Dalam hal ini beliau memberikan 4 steatmen yang sangat menarik dalam rangka implementasi ilmu terhadap Rosul-Nya. طَاعَتُهُ فِيمَا أَمَرَ، وَتَصْدِيقُهُ فِيمَا أَخْبَرَ، واجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ وأَلا يُعْبَدَ اللهُ إِلا بِمَا شَرَعَ “Mentaati yang Dia (Alloh) perintahkan(1), Membenarkan apa yang dia kabarkan(2), Menjauhi apa-apa yang dia larang dan diperingatkan(3) serta tidak beribadah kecuali sesuai yang dia syariatkan(4).” Keempat pilar tersebut merupakan inti dari mengenal nabi Alloh Muhammad saw.Dalam hal ini beliau juga menjelaskan dalam kitabnya “Mukhtashor Fi Siroh Nabawiyyah”(ringkasan biografi nabi SAW) Adapun unsur ilmu yang ketiga setelah mengenal Alloh dan nabiNya adalah mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya. Islam kata beliau adalah الاسْتِسْلامُ للهِ بِالتَّوْحِيدِ، وَالانْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ، وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهٌِ. “Islam adalah menyerahkan diri kepada Alloh dengan tauhid(mengesakannya) dan tunduk keadanNya dengan ketaatan, danberlepas diri darisegala kesyirikan dan pelakunya” Alloh hanya menurunkan satu agama di dunia ini yaitu agama islam “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imron :19) Semua agama yang di bawa rosul baik Musa as, Isa as dan Muhammad SAW adalah islam. Hanya saja syariatnya berbeda sesuai dengan zaman masing-masing. Namun aqidah mereka sama.Mereka hanya menyambah satu pecipta yaitu Alloh SWT. Alloh juga menerangkan apa yang di bawa Musa dan Isa adalah islam. Adapun agama yahudi dan nasrani adalah agama buatan manusia dari kitab suci yang telah dipalsukan para pendeta mereka. Poin yang penting dalam mengenal agama islam adalah dengan dalil-dalilnya. Dalam menjelaskan jalan Islam beliau menulis sebuah kitab dengan judul “Masa’il Jahiliyyah”(perkara-perkara jahiliyyah yang bertentangan dengan jalan Islam) dan kitab “Kasyfu asy Syubuhat” (menyingkap perkara-perkara yang samar oleh kebanyakan orang dalam Islam). Dalam hal ini beliau menunjukkan terlarangnya taqlid a’ma (fanatik buta ) dalam beragama . Dulu sebelum zaman Renaisance peradaban barat di doktrin mati oleh pihak gereja. Kehiduan Bergama mereka statis dan berporos pada pendeta bukan pada kitab suci mereka. Namun kabut kelam tersebut akhir tersingkapdansirna dari langit eropa. Namun sayang enggantinya bukan cahaya islam melainkan kebebasan nafsu dan filsafat akal yang dituhankan. Maka tidak salah jika tokoh barat sendiri(Nietzsche) telah menyatakanpada thn 1880-an telah berada di pinggir kehancuran, itu disebabkan karena terlalu mendewakan rasio. 2. EPISTEMOLOGI KONSEP ILMU MENURUT SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB. a. Obyek ilmu menurut syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab Obyek ilmu menurut beliau ada 3 hal sesuai dengan difinisi ilmu diatas. Yaitu ilmu tentang Alloh SWT, nabi-Nya dan agamaNya dengan dalil-dalilnya. Namun setiap poin pembahasan mempunyai ruang lingkup yag sangat luas . Adapun yang pertama berkaitan dengan ma’rifatulloh yang intinya pada ketauhidan. Dalam hal ini beliau menjelaskan konsep beliau dalam sebuah kitab yang sangat monumental yaitu “Kitab Tauhid”. Isi kitab ini kupas tuntas tentang makna hakiki ma’rifatulloh dengan mentauhidkannya serta melaksanakan konsekuensinya. Semua itu beliau terangkan dengan bahasa yang lugas sesuai dengan al qur’an. Kita bisa mengambil faidah banyak bahwa hanya konsep al qur’anlah yang bisa mengobati kedahagaan seseorang memahami konsep ketuhanan. Sangat sekali beda dengan konsep filsafat yang cendderung berbelit-belit dan membingungkan sesuatu yang sebenarnya telah gamblang. Karena pentingnya kitab ini maka para ulama banyak melirik untuk mensyarah maupun komentar kitab tersebut. Kurang lebih ada sekitar 18 buku tentang syarah dan komentar dari Kitab Tauhid. b. Cara Memperoleh Ilmu. Ilmu bukan sesuatu yang datang secara tiba-tiba pada diri manusia melainkan diperoleh dengan proses belajar (التعلم). Memang di dalam belajar membutuhkan proses berfikir akan tetapi belajar di dalam islam berbeda dengan metodologi yang di gunakan dalam ilmu filsafat. Tradisi ilmu dalam Islam sangat kental dan kuat. Berbeda dengan barat. Kaum Kristen di Eropa menurut Wallace – Murphy, mengenal ilmupengetahuan bukanlah langsung dari warisan tradisi yunani, tetapi melalui buku-buku bahasa Arab yang di tulis ilmuwan-ilmuwan Muslim dan yahudi. Mereka belajar dan menerjemahkan secara bebas pada pusat-pusat pembelajaran islam di spanyol, yang disebutnya sebagai”The Greatestcultural center in Europe” Cara memperoleh ilmu dengan cara ta’alum inilah yang terkenal di kalangan ulama islam. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab berkata : اعْلمْ رَحِمَكَ اللهُ أَنَّهُ يَجِبُ عَلَيْنَا تَعَلُّمُ أَرْبَع مَسَائِلَ: المسألة الأُولَى: الْعِلْمُ: وَهُوَ مَعْرِفَةُ اللهِ، وَمَعْرِفَةُ نَبِيِّهِ ـ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ـ، وَمَعْرِفَةُ دِينِ الإِسْلامِ بالأَدِلَّةِ. المسألة الثَّانِيَةُ: الْعَمَلُ بِهِ. المسألة الثَّالِثَةُ: الدَّعْوَةُ إِلَيْهِ. المسألة الرَّابِعَةُ: الصَّبْرُ عَلَى الأَذَى فِيهِ. وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: بسم الله الرحمن الرحيم: وَالْعَصْرِ * إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ * إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. “Ketahuilah wahai engkau yangdirahmati oleh Alloh SWT. Sesungguhnya wajib bagi kita belajar belajar 4 hal: Pertama: “Ilmu yaitu mengenal Alloh SWT (ma’rifatulloh) dan mengenal nabi-Nya (ma’rifatu nabiyyihi) dan mengenal dinul islam dengan dalil-dalilnya (ma’rifatu dinil islam bil adillati) Kedua: bermal dengan ilmu Ketiga :Berdakwah dengan ilmu Keempat; Bersabar terhadap rintangan dalam dakwah Dalil dari 4 hal tersebut adalah firman Alloh SWT: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS.al ‘Ashr: 1-3) Dalam hal ini beliau memposisikan ilmu sebagai ujung tombak dalam beramal dan berdakwah. Dialah pondasi konsep yang diatasnya berdiri nbangunan amal dan dakwah. Dan ilmu tidak akan bermanfaat kecuali dengan diamalkan dan didawahkan dan dihiasi dengan kesabaran dalam menyampaikannya. Motivasi inilah yang di tanamkan beliau dalam tulisannya sehingga membuat dakwah islam yang disampaikan beliau menyebar ke seantero dunia. c. Ukuran Kebenaran Ilmu Didalam Islam secara epistemologi ukuran kebenaran merujuk pada al Quran dan as Sunnah. Sedangkan akal bukanlah sumber untuk menentukan kebenaran. Akan tetapi dia adalah sarana memperoleh hakikat kebenaran. Maka salah kaprah jika ada orang yang menjadikan filsafat sumber utama ilmu. Kesalahannya terletak pada pengkultusan akal yang menjadi standar utama dalam menilai benar dan salah. Sehingga segala sesuatu yang tidak masuk akal walaupun suatu kebenaran tidak dianggap benar. Hal ini wajar bagi orang barat karena sejak dulu hidup tanpa naungan kitab suci. Ataupun dengan kitab suci tetapi telah dimanipulasi dan didistorsi kebenarannya. Maka tidak salah jika mereka menuhankan akal. Adapun dalam konsep ilmu syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab standar kebenaran adalah dengan al qur’an dan sunnah. Fungsi akal adalah sebagai sarana memahami. Dalam setiap steatmen beliau selalu mendasarkan pendapatnya dengan qur’an dan sunnah bukan dengan filosof dan yang lainnya. Hampir-hampir tidak kita temui pendapat beliau yang tidak dilandasi dengan pemahaman qur’an dan sunnah. Oleh karena itu orang-orang yang menyerang dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab(yaitu dak islam itu sendiri karena beliau tidak pernah mendakwahkan dirinya sendiri) tidak mampu menyerang dari sisi keilmiahan yang bisa dipertanggungjawabkan. 3. AKSIOLOGI KONSEP ILMU MENURUT SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB Banyak sekali manfaat yang bisa kita petik dari konsep Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab berkaitan dengan ilmu. Salah satunya kita mengetahui keistimewaan konsep ilmu yang berbeda dengan yang lain. Diantara keistimewaan konsep ilmu tersebut adalah: 1. Lugas tidak berbelit-belit, rasional, gamblang dan mengena pada sisi pembahasan serta mudah di pahami siapa saja yang membacanya. 2. Setiap pendapatnya selalu di dasari dengan dalil. Inilah yang menjadikan karyanya mempunyai beberapa kelebihan; 1. hujah-hujahnya kuat. 2. Mengubur budaya taklid. 3. Mematahkan lawan bicaranya. 3. Definisi ilmu yang integral menyangkut semua inti pokok ajaran Islam yang utama. 4. Mengedepankan ma’riftulloh kemudian rosul-Nya baru dinul Islam dengan dalil-dalilnya. 5. Jauh dari filsafat yang ekstrim dan tidak punya standar pokok dalam menilai kebenaran yang akhirnya membingungkan pelakunya. 6. Konsep ilmu tersebut adalah di dukung dengan 3 kewajiban dasar yaitu beramal, berdakwah dengan ilmu dan sabar dalam menghadapi rintangan dakwah. Itulah sebenarnya sunatulloh bagi para hamba-hamba-Nya. 7. Menyingkap masalah yang manusia banyak gamang terhadapnya. Terutama berkaitan dengan masalah tauhid yang menjadi inti dakwah para nabi dan rosul. Kalau kita mau jujur konsep yang beliau tulis sangat gamblang bagai matahari di siang bolong. Jelas sekali hujah-hujah yang beliau sampaikan berkaitan dengan kemurnian islam. Selain menawarkan peta konsep ilmu beliau juga mendesain bahwa ilmu itu harus di topang dengan amal dan dakwah begitu juga kesiapan dalam mengembannya. Oleh karena itu tidak heran jika kalangan yang memusuhi dakwahnya mengakui kredibilitasnya. Tapi sayangnya kaum muslimin cenderung phobia dengan isu yang belum tentu benarnya. D. KESAKSIAN ORANG-ORANG NON MUSLIM TERHADAP SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB . Orang yang benar-benar jujur meneliti dan mengamati dakwah beliau pasti akan mendapati beliau jauh dari yang di tuduhkan padanya seperti yang beredar di media masa. Ada banyak kitab berbahasa Indonesia yang berusaha memojokkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Diantaranya buku yang berjudul” Terbongkar ! Lumbung Dinar Jaringan Islam Radikal dan Pertikaian Faksi-Faksi Wahabi” yang diterbitkan oleh Jassira Press. Menggelitik sekali analisis yang di kemukakan penyusun buku tersebut. Selain lebih bersifat propaganda juga kehilangan ruh keilmiahan. Kalau memang penyusunnya para santri yang notabenanya pencari ilmu syar’i harusnya benar-benar meneliti dari kitab-kitab beliau sehingga bantahan-bantahannya akurat dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Tapi tak ada satupun kitab beliau yang dibantah dalam buku tersebut. Lantas bagaimana mereka bisa menilai ? Anehnya lagi kenapa justru kesimpulan mereka bertentangan 180 derajat dengan para orientalis dunia yang benar-benar berkecimpung dengannya ? Perhatikan kesimpulan mereka di bawah ini. 1. Seorang Orientalis Belanda bernama Christian Snouck Hougronje mengatakan: “ Dikawasan timur semenanjung Arabia telah lahir seorang tokoh pembaharu islam .Ia sangat dekat dengan para pejabat di Dar’iyyah yang mendukung dakwahnya. Kemudian , secara bertahab dakwahnya terus berkembang ke segenap pusat-pusat Semenanjung Arabia. Sang tokoh pembaharu ini ingin mengembalikan kehidupan Islam dengan menggunakan segala yang ia miliki, bukan hanya di semenanjung Arabia saja, tetapi ksetiap tempat yang bisa dijangkaunya.” Ia juga mengatakan: “Ciri khas yang dimiliki oleh Muhammad bin Abdul Wahab adalah ia seorang ulama yang menguasai berbagai ilmu Islam dan memahami maksud serta rahasia-rahasianya. Dengan kecakapan yang sempurna ia mampu menampilkan Islam dengan bentuk yang asli dan bersih,seperti yang dibawa oleh Rosululloh saw . 2. Seorang orientalis Spanyol bernama Armano yang pada tahun 1912 Masehi berkeliling ke segenap pelosok Najd mengatakan: “Semua kebohongan dan kedustaan yang ditempelkan kepada Wahabiyah secara mutlak sama sekali tidak ada yang benar. Orang-orang wahabi adalah kaum yang ingin mengembalikan Islam seperti pada zaman sahabat Muhammad SAW. Yang membuat mereka kurang maksimal mewujudkan tujuan mereka yang mulia tersebut adalah orang-orang terpelajar tertentu yang disayangkan bahwa mereka jumlahnya hanya sedikit sekali di negeri ini. Di samping itu karena adanya propaganda yang selalu menjelek-jelekan mereka di tengah umat sehingga sulit untuk mewujudkan hakikat bahwa mereka terbebas dengan mulia. 3. R.B. Wiender dalam bukunya berjudul Al-Arabiyah As-Saudiyah fi Al-Qorn Al-Tasi’ Asyar (Pemerintah Saudi pada Abad XIX) mengatakan, “Kami memang tidak tahu kalau ternyata orang-orang wahabiyah (mereka menyebut pengikut dakwah yang disampaikan syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab dengan Wahabi atau alirannya Wahabiyyah) sanggup menghadapi era atom dan ruang angkasa. Tetapi, siapapun tidak bisa mengingkari nilai dan pengaruh mereka dalam pemikiran Islam modern; mereka sanggup beralih dari yang realistis ke yang idealis, dan dari Islam apa adanya menjadi kewajiban yang harus dilakukan Islam. Mereka ternyata sanggup menjaga vitalitas dan pikiran kebebasannya.” E. PENUTUP Sebagai penutup dalam tulisan ini maka alangkah baiknya kita merenungkan firman Alloh SWT “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS.Al-Hujurat: 6) Ayat ini menjelaskan kepada kita pentingnya tabayun dan melakukan verifikasi terhadap segala berita yang datang kepada kita. Bukan merupakan sikap seorang muslim yang bijak berbicara dan beramal tanpa ilmu dan dalil. Seandainya terhadap kabar tersebut punya hujjah maka sampaikanlah dengan hikmah dan mau’idzoh hasanah dan jika harus berdebat maka berdebatlah dengan yang lebih baik. Semoga Alloh senantiasa menunjukkan kita kepada kebenaran dan diberi kekuatan untuk melaksanakannya. Wallohu ‘alam bishowab. F. DAFTAR PUSTAKA Abdulloh Sulaiman, Taisir al Aziz al Hamid Syarh Kitabu at Tauhid, Lebanon, Darul Ihya’u Turats al Arabi, 2001. Abdul Wahab Muhammad, Al Ushul Tsalasah wa Adilatuha, Lebanon, Daar Ibnu Hazm, 2001. Abdul Wahab Muhammad, Al Qowa’idu al Ar ba’, Lebanon, Darul Ibnu Hazm, 2011. Abdul Wahab Muhammad, Kasyfu asy Syubuhat, Lebanon, Daar Ibnu Hazm, 2001. Muhammad Abdurrohman, Hasyiah Ushul Tsalatah, Riasah al ‘Aamah lil buhuts Ilmiah Wal Ifta’, Riyadh, 2004. Tafsir Ahmad, Filsafat Ilmu, Mengurai ontology, Epistemologi dan aksiologi pengetahuan, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2009. Husaini Adian, Membangun Tradisi Ilmu (makalah ilmiah di jurusan ekonomi Islam semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 mata kuliah filsafat ilmu) Husaini Adian, Membendung Arus liberalisme di Indonesia, Kumpulan Catatan Akhir Pekan, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 2009. Abdul Karim al Aql Nasir, Saya di Tuduh Wahabi (Islamiyyah Laa Wahabiyyah), Darul Falah, Bekasi, 2011. Jaringan Santri Salafi Rahmatan lil ‘Alamin(JASSiRA), Terbongkar ! Lumbung Dinar Jaringan Islam Radikal Dan Pertikaian Faksi-Faksi Wahabi, JASSiRA Press, Bantul(Yogyakarta), 2010.

Tidak ada komentar: